PHP2D UNSULBAR

 PHP2D : Edukasi kala pandemi.

"Jika memang tidak ada sekolah yang boleh buka, setidaknya ada wadah dimana anak-anak bisa belajar. Saya muak melihat mereka hanya bermain game saja. Buang-buang waktu". Demikianlah kata salah satu pembina KKN UNASMAN dalam salah satu sambutannya pada acara ramah tamah, 18 September 2020.

Sekitar 3 bulan lalu, saya dikontak oleh salah satu senior sejurusan, Tiwi Damayanti. Pada masa-masa akhir studinya, beliau menyempatkan diri untuk memasukkan proposal kegiatan mahasiswanya. Judul yang cukup sederhana. "Perpustakaan Kreatif di desa Kayuangin".

Tak disangka, proposal tersebut lolos dan kami melaksanakan serangkaian kegiatan yang berkaitan dengan itu walau telah memasuki masa-masa pandemi. 



Bertemu dan bersapa dengan anak-anak tentu sangat berbeda jika dibandingkan dengan teman-teman kampus sejawat atau remaja-remaja SMA. Pemikiran simpel dan polos serta tatapan serius mereka akan membawa kita kembali pada masa masa awal saat menempuh jenjang pendidikan. Rasa ingin tahu yang besar membuat kami seringkali diguyur berbagai pertanyaan terkait materi yang kami ceritakan. Yah, setidaknya pertanyaan-pertanyaan mereka tidak sebegitu menyeramkan seperti pertanyaan bapak ibu dosen saat presentasi.

Anak-anak desa Kayuangin, Sumber : Dok. Penulis

Dalam pelaksanaannya, tim kami, PHP2D UNSULBAR tidak melakukannya sendirian. Kami turut dibantu oleh komunitas lain seperti remaja masjid dan mahasiswa UNASMAN yang sedang melaksanakan KKN di desa yang sama. Kepanitiaan yang kami bentuk pada beberapa acara pun turut mengikut sertakan mereka dalam strukturnya. Semuanya agar tidak ada kesenjangan sosial dan kami semua memiliki tempat untuk kontribusi.

Saya pribadi sebagai author, merasa komunitas yang ada serta masyarakat desa Kayuangin pada umumnya, sangat ramah kepada kami sekalian. Termasuk para tokoh adat dan tokoh masyarakat sangat antusias mendukung kegiatan ini. Mungkin karena mereka sudah jenuh melihat anak-anak mereka hanya bermain game dan mengabiskan waktu mereka tanpa belajar. Itu sangat membuat mereka prihatin dengan pengetahuan yang dimiliki anak-anak mereka. 

Untuk pertama kalinya, saya berhadapan langsung dengan masyarakat dengan membawa nama kampus. Salah sedikit saja tentu judgement mereka takkan hanya tertuju pada saya, tetapi juga pada nama kampus saya. Doakan saya agar tetap dapat berperilaku baik dan bisa menjadi teladan yang baik, pada anak anak ataupun pada masyarakat lainnya.




Sdr Tiwi Damayanti, Pemrakarsa PHP2D Unsulbar


Minggu ini kami akan mengadakan sesi wawancara dengan para anak-anak. Doakan sukses dan link video wawancaranya akan diupload belakangan.

Komentar

Postingan Populer