Makalah Bahasa Indonesia ; Sejarah dan perkembangan ejaan di Indonesia
HALAMAN
JUDUL.....................................................................................................
KATA PENGANTAR....................................................................................................
DAFTAR ISI.................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar belakang ..............................................................................
I.2 Rumusan masalah.......................................................................
I.3 Batasan masalah...................................................................................
I.4 Tujuan penulisan.........................................................................
BAB II
PEMBAHASAAN................................................................................................
I.1 Ragam dan laras Bahasa
Indonesia.........................................................................
I.2 Sejarah dan Perkembangan
Ejaan di Indonesia .....................................................
BAB III PENUTUP
III.1 Kesimpulan.....................................................................................................
III.2 .Saran...............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................
LAMPIRAN........................................................................................................................
SEJARAH PERKEMBANGAN EJAAN DI INDONESIA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar
Belakang
Bahasa memiliki peranan penting dalam
kehidupan karena selain digunakan sebagai alat komunikasi secara langsung atau
lisan, bahasa juga dapat digunakan sebagai alat komunikasi secara tulisan.Dalam
era globalisasi dan pembangunan reformasi demokrasi seperti sekarang ini,
masyarakat dituntut secara aktif untuk dapat mengawasi dan memahami informasi
di segala aspek kehidupan sosial secara baik dan benar.Untuk memahami informasi
tersebut, bahasa berfungsi sebagai media penyampaian secara baik dan tepat dan
dengan penyampaian informasi secara tertulis, diharapkan masyarakat dapat
menggunakan media tersebut secara baik dan benar.
Guna memadukan satu kesepakatan dalam
etika berbahasa, di sinilah peran aturan baku digunakan. Dalam hal ini kita
selaku warga negara yang baik hendaknya selalu memperhatikan rambu-rambu
ketatabahasaan Indonesia yang baik dan benar.Ejaan adalah salah satu dari
rambu-rambu tersebut.Seringkali ejaan di Indonesia mengalami pergantian dari
tahun ke tahun guna mengikuti perkembangan zaman. Adapun tujuan dari pergantian
sistem ejaan di Indonesia tak lain untuk menyempurnakan aturan berbahasa
masyarakat Indonesia dan Pedoman Umum Ejaaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan adalah wujud kongkret dari penyempurnaan ejaan di Indonesia saat
ini. Perkembangan ejaan, khususnya Ejaan yang Disempurnakan (EYD) di Indonesia
adalah submateri dalam ketatabahasaan Indonesia yang memiliki peran cukup besar
dalam mengatur etika berbahasa secara tertulis sehingga diharapkan informasi
tersebut dapat disampaikan dan dipahami secara baik dan terarah. Dalam
praktiknya diharapkan aturan tersebut dapat digunakan dalam keseharian
masyarakat sehingga proses penggunaan tata bahasa Indonesia dapat dilakukan
secara baik dan benar.
1.2. Rumusan
Masalah
1. Apakah pengertian dari ejaan ?
2. Bagaimana perkembangan ejaan di Indonesia ?
1.3. Batasan Masalah
A. Pengertian ejaan
B. Sejarah
perkembangan ejaan di Indonesia
1. Ejaan yang diresmikan (Ejaan Van
Ophuijsen)
2. Ejaan Republik (Ejaan Soewandi)
3. Ejaan Pembaharuan
4. Ejaan yang tidak diresmikan (Ejaan
Melindo)
5. Ejaan LBK
6. Ejaan Bahasa Indonesia
Yang Disempurnakan (EYD)
1.4.
Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk
mengetahui pengertian ejaan dan bagaimana sejarah perkembangan ejaan di
Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Ejaan
Ejaaan adalah aturan tulis menulis. Secara
lengkap dapat dikatakan bahwa ejaan adalah keseluruhan peraturan tentang
bagaimana melambangkan bunyi-bunyi ujaran dan bagaimana hubungan antarlambang
tersebut (pemisahan dan penggabungan dalam suatu bahasa).Secara teknis ejaan
adalah aturan tulis-menulis dalam suatu bahasa yang berhubungan dengan
penulisan huruf, pemakaian huruf, penulisan kata, penulisan unsur serapan, dan
pemakaian tanda baca.
Masalah ejaan adalah masalah tulis-menulis
dalam bahasa Indonesia. Dalam usaha memodernkan bahasa Indonesia, cara menulis
atau aturan tulis-menulis dalam bahasa Indonesia sangat perlu diutamakan karena
tulisan merupakan tempat pencurahan konsep pikir para penulis itu sendiri.
Dalam hubungan itu, suatu komunikasi yang dilakukan dengan tulis-menulis (dalam
arti komunikasi jarak jauh dengan surat, umpamanya) harus menerapkan ejaan.
Oleh sebab itu, materi ejaan akan dipakai oleh semua sasaran pembina bahasa
Indonesia. Bagi masyarakat umum, masalah ejaan barangkali saja masih berkutat
pada masalah keniraksaraan sehingga masyarakat tersebut harus dibina dalam hal
pengenalan aksara latin.
Ejaan
tidak hanya berkaitan dengan cara mengeja suatu kata, tapi juga berkaitan
dengan cara mengatur penulisan huruf menjadi satuan yang lebih besar, misalnya
kata, kelompok kata atau kalimat. Ejaan adalah keseluruhan peraturan bagaimana
melambangkan bunyi ujaran dan bagaimana antarhubungan antara lambang-lambang
itu (pemisahan dan penggabungannya dalam suatu bahasa).
Saat ini bahasa Indonesia
menggunakan sistem Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan sebagai sistem
tatabahasa yang resmi. Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan tidak hanya
meliputi pemakaian huruf, pemakaian huruf kapital dan huruf miring, penulisan
kata, penulisan unsur serapan dan pemakaian tanda baca saja, melainkan juga
meliputi pedoman umum pembentukan istilah dan pedoman pemenggalan kata.
Secara defenitif, Ejaan Bahasa
Indonesia yang Disempurnakan adalah sistem ejaan bahasa Indonesia yang
didasarkan pada Keputusan Presiden No. 57, tahun 1972 yang diresmikan pada
tanggal 16 Agustus 1972 oleh Presiden Republik Indonesia. Sistem ejaan ini,
pada mulanya, disebarkan melalui buku kecil yang berjudul Pedoman Ejaan Bahasa
Indonesia yang Disempurnakan.Buku kecil ini merupakan buku patokan pemakaian
sistem ejaan ini. Tetapi, di kemudian hari, karena buku penuntun itu perlu
dilengkapi, Panitia Pengembangan Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan yang dibentuk oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dengan surat
keputusannya tanggal 12 Oktober 1972, No. 156/P/1972 (Amran Halim, Ketua),
menyusun buku Pedoman Bahasa Indonesia yang Disempurnakan yang berupa pemaparan
kaidah ejaan yang lebih luas. Kemudian Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dengan
surat keputusannya No. 0196/1975 memberlakukan Pedoman Umum Ejaan bahasa
Indonesia yang Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah. Kemudian,
pada Tahun 1987, kedua buku pedoman tersebut direvisi.Kemudian, edisi revisi
dikuatkan dengan Putusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan no. 0543a/U/1987,
tanggal 9 September 1987.
2.2. Sejarah Perkembangan Ejaan
di Indonesia
Bahasa Indonesia yang awalnya berakar dari bahasa Melayu
sudah memiliki aksara sejak beratus tahun yang lalu, yaitu aksara Arab
Melayu.Di Nusantara ini, bukan saja aksara Arab Melayu yang kita kenal. Kita
juga mengenal aksara Jawa, aksara Sunda, aksara Bugis, aksara Bali, aksara
Lampung, aksara Kerinci, aksara Rejang, dan aksara Batak. Aksara itu
masing-masing memiliki nama, seperti aksara Kaganga dan aksara Rencong
(incung).
1. Ejaan yang diresmikan (Ejaan Van
Ophuijsen) 1901-1947
Charles Adrian van Ophuijsen (Ch. A. van
Ophuysen) merupakan tokoh penting dalam tonggak bahasa Indonesia. Seperti yang
sudah kami sebutkan sebelumnya di atas, ejaan Ophuijsen lahir dari niat
pemerintah kolonial Belanda untuk menengahi keberagaman variasi bahasa Melayu
yang ada di Nusantara saat itu, sekaligus memudahkan Belanda menyebarkan
kekuasaan di daerah kolonisasinya.
Faktor Pemicu Hadirnya Ejaan van
Ophuysen
Dulu, bahasa Melayu yang menjadi cikal
bakal BI ditulis menggunakan huruf Jawi (Arab Melayu atau Arab gundul).
Meskipun bahasa ini tetap hidup di masyarakat, para sarjana Belanda menilai
bahasa Melayu tidak cocok menggunakan huruf Arab karena penulisan huruf vokal
seperti e, i, oditulis sama saja
saat ingin menuliskan kata yang memiliki vocal adan u.
Sebenarnya bukan itu saja, salah satunya
karena ancaman militansi umat Islam bagi kolonial Belanda
membuat Belanda merasa perlu mengurangi pengaruh Islam-arab di Nusantara.
Faktor lain penetapan ejaan baku ini
diresmikan Belanda karena pada saat itu pemerintah kolonial sedang menjalankan
politik etisnya di Nusantara, yaitu sebuah kebijakan untuk membuka peluang
pendidikan bagi kaum ningrat Nusantara. Masalahnya, jika bahasa
Melayu tidak distandarkan, proses pendidikan ini akan terhambat.
bahasa Belanda. Kitab ini merupakan
upaya Belanda dalam membuat standar bahasa saat mereka bercokol di
Nusantara.Namanya berbasis alasan kolonial, tentu ini dibuat agar bisa
meluaskan kekuasaan mereka sekaligus dapat menyatukan Nusantara di bawah
kendalinya.Belanda menerapkan bahasa ini mulai dari sekolah-sekolah
bumiputera.Oleh karena itu, bahasa Melayu Ophuijsen ini sering disebut “bahasa
Melayu sekolahan”. Tidak berhenti di situ, sejak penerbit Balai Poestaka
(sekarang: Balai Pustaka) didirikan Belanda, bahasa ini semakin menancap di
kaum terdidik Nusantara. Artinya Belanda melalui pemerintah kolonialnya
berhasil melakukan politik bahasa dengan menjadikan bahasa (Melayu) Indonesia
sebagai standar bahasa kita, yang bahkan masih berlaku hingga saat ini.
2. Ejaan Republik (Ejaan
Soewandi) – 1947-1972
Ejaan ini disebut sebagai Ejaan Soewandi
karena diresmikan tanggal 17 Maret 1947 oleh Menteri, Pengajaran, Pendidikan,
dan Kebudayaan saat itu, yaitu Raden Soeawandi, menggantikan ejaan Ophuijsen.
Sebenarnya nama resminya adalah ejaan Republik, namun lebih dikenal dengan
ejaan Soewandi.
Ciri-ciri Ejaan Soewandi
|
Ejaan Soewandi |
EYD |
|
Suharto |
Suharto |
|
Rakyat |
Rakyat |
|
Bersenang2 |
Bersenang-senang |
3. Ejaan Pembaharuan 1957
Faktor Pemicu Hadirnya Ejaan Pembaharuan
Ejaan ini bermula dari polemik yang
terjadi pada Kongres Bahasa Indonesia ke-2 di Medan tahun 1954.Kongres kedua
ini akhirnya diadakan setelah pertama kali diadakan di Solo tahun
1938. Yamin selaku Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan dan
pemrakarsa Kongres Bahasa Indonesia ke-2 mengatakan bahwa kongres ini merupakan
bentuk rasa prihatinnya akan kondisi bahasa Indonesia saat itu yang masih belum
mapan. Medan pun dipilih karena di kota itulah bahasa Indonesia dipakai dan
terpelihara, baik dalam rumah tangga ataupun dalam masyarakat, setidaknya itu
alasan Yamin. Di kongres ini, memang diusulkan banyak hal dan salah satunya
adalah perubahan ejaan.Usulan ini ditindaklanjuti oleh pemerintah waktu itu
dengan membentuk panitia pembaharuan Ejaan Bahasa Indonesia.
Ciri-ciri Ejaan Pembaharuan
Panitia ini diharapkan bisa membuat
standar satu fonem dengan satu huruf (misalnya menyanyi: menjanji menjadi meñañi;atau mengalah: mengalah menjadi meɳalah).
Penyederhanaan ini sesuai dengan iktikad agar dibuat ejaan yang praktis saat
dipakai dalam keseharian.Selain itu, isu tanda diakritis diputuskan agar
kembali digunakan. Alhasil, k-e-ndaraan dengan é(seperti
elo mengeja k-e-lainan) yang tadinya ditulis sama dengan k-e-mah,
akhirnya ditulis berbeda. Untuk kata sjarat (syarat)
dibedakan menjadi śarat.
Kalau tidak hati-hati, bisa saja nyaru antara sarat (penuh/termuat)
dengan syarat.Sedangkan huruf j yang digunakan
pada kata jang (yang) malah sudah disepakai ditulis
menjadi yang (seperti kita pakai sekarang). Kata mengapa pun
akan dieja menjadimeɳapa. Untuk kata-kata berdiftong ai,
au, dan oi seperti sungai, kerbau,
dan koboi akan dieja dengan sungay, kerbaw,
dankoboy.
Ejaan Pembaharuan ini dibuat dengan
maksud menyempurnakan Ejaan Soewandi dan juga disebut dengan Ejaan
Prijono-Katoppo.Meskipun salah satu putusan kongres menyatakan supaya ejaan itu
ditetapkan undang-undang, ejaan ini urung diresmikan.Meskipun demikian, ejaan
ini disinyalir menjadi pemantik awal diberlakukannya EYD tahun 1972.
|
Ejaan Pembaharuan |
EYD |
|
Jakarta |
Jakarta |
|
Paway |
Pawai |
|
Kalaw |
Kalau |
|
Tomboy |
Tomboi |
3. Ejaan Melindo
(Melayu Indonesia) 1959
Sejak Kongres bahasa tahun 1954 di Medan
dan dihadiri oleh delegasi Malaysia, maka mulailah ada keinginan di antara dua
penutur Bahasa Melayu ini untuk menyatukan ejaan. Keinginan ini semakin kuat
sejak Malaysia merdeka tahun 1957 dan kita pun menandatangani kesepakatan untuk
membicarakan ejaan bersama tahun 1959-nya. Sayangnya, karena situasi politik
kita yang sedang memanas (Indonesia sedang condong ke poros
Moskow-Peking-Pyongyang, sedangkan Malaysia yang Inggris ), akhirnya
ditangguhkan dulu pembahasannya. Hal lain yang membuat ejaan ini kurang menarik
adalah perubahan huruf-huruf yang dianggap aneh. Misalnya, kata "menyapu" akan
ditulis "meɳapu"; "syair" ditulis "Ŝyair"; "ngopi" menjadi "ɳopi";
atau "koboi" ditulis"koboy".
Mungkin aneh karena belum biasa dan harus menyesuaikan diri lagi.Tapi,
akhirnya, usulan yang mustahil dilaksanakan ini dengan cepat ditinggalkan.
|
Ejaan Melindo |
EYD |
|
Remaja |
Remaja |
|
Cakap |
Cakap |
|
Syair |
Syair |
5. Ejaan LBK 1966
Sebelum adanya EYD, Lembaga Bahasa dan
Kesusastraan, (sekarang bernama Pusat Bahasa), pada tahun 1967 mengeluarkan
Ejaan Baru (Ejaan LBK). Ejaan ini, sebenarnya estafet dari ikhtiar yang sudah
dirintis oleh panitia Ejaan Melindo.Anggota pelaksananya pun terdiri dari
panitia ejaan dari Malaysia.Pada intinya, hampir tidak ada perbedaan berarti di
antara ejaan LBK dengan EYD, kecuali pada rincian kaidah-kaidah saja.
|
Ejaan LBK |
EYD |
|
Fasih |
Fasih |
|
Pajak |
Pajak |
|
Ikhlas |
Ikhlas |
6.Ejaan Bahasa Indonesia
Yang Disempurnakan (EYD) 1972
Ejaan
Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan atau biasa disebut EYD, diberlakukan sejak
penggunaannya diresmikan oleh Presiden RI pada tanggal 16 Augustus 1972.
Pedoman umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan ditetapkan oleh
Mendikbud pada tanggal 31 Agustus 1975 dan dinyatakan dengan resmi berlaku
diseluruh Indonesia dan disempurnakan lagi pada tahun 1987.
Dikatakan
ejaan yang disempurnakan karena ejaan tersebut merupakan penyempurnaan dari
beberapa ejaan sebelumnya. Beberapa kebijakan baru yang ditetapkan di dalam
EYD, antara lain:
1) Pembentukan Huruf
Ejaan
lama
EYD
dj
jarum
j jarum
tj
tjut
c cut
nj
njawa
ny nyawa
2) Huruf f, r, dan z yang merupakan unsur
serapan dari bahasa asing, misalnya khilaf, zakat.
3) Huruf g dan x lazim digunakan dalam ilmu
pengetahuan tetap, misalnya furgan dan xenon.
4) Penulisan di - sebagai awalan dibedakan
dengan di sebagai kata depan.
Contoh
:
Awalan
kata Depan
di-
di
dikhianati
di kampus
5) Kata ulang ditulis penuh dengan
mengulang unsur-unsurnya, bukan dengan angka dua/2 .
Contoh :
- Mahasiswa-mahasiswa
Mahasiswa2
- Bermain-main
Bermain2
Secara umum hal-hal yang
diatur dalam EYD adalah sebagai berikut :
1. Pemakaian huruf
2. Pemakaian huruf kapital dan huruf miring
3. Penulisan kata
4. Penulisan unsur serapan
5. Pemakaian tanda baca
|
BAB III Kesimpulan
Ejaan adalah seperangkat aturan
tentang cara menuliskan bahasa dengan menggunakan huruf, kata, dan tanda baca
sebagai sarananya. Ejaan Van Ophuysen merupakan ejaan yang pertama muncul,ejaan ini dimunculkan untuk menjawab permasalahan permasalahan pada masa itu,yaitu banyaknya muncul karya karya sastra sesuai dengan aturan yang dibuat sendiri.Sehingga ketika dibaca oleh orang lain akan terjadi (gap) sehingga pesan pesan yang disampaikan penyair tidak dapat ditangkap oleh pembaca.Lalu sesuai dengan perkembangan jaman,munculah ejaan Republik yang digagas oleh Mr.Soewandi tujuaannya untuk menyempurnakan ejaan Van ophuysen yang dianggap masih terlalu runyam.Selanjutnya muncul ejaan pembaharuan yang bertujuan untuk memperbaharui ejaan republik yang digagas oleh Katoppo dan prijono,Namun ejaan ini juga masih diaggap kurang maksimal sehingga muncullah gerakan Persekutuan Panitia Kerja sama bahasa Melayu – Bahasa Indonesia,Ejaan ini untuk menyempurnakan ketegangan politik antara Indonesia dengan Malaysia.
|
DAFTAR PUSTAKA
· Sugono, Dendy. 2008. ”Pemanfaatan Bahasa Daerah dalam Pengembangan Bahasa Indoensia Media Massa”. Pusat Bahasa Depdiknas. (http://pondok bahasa.wordpress.com/2008/08/07 pemanfaatan-bahasa-daerah-dalam-pengembangan-bahasa-indonesia-media-massa). Diakses tanggal 12 Mei 2010.
· Johnherf. 2007. ”Gangguan Pembinaan Dan Pengembangan Bahasa.” http://johnherf. wordpress.com

Komentar
Posting Komentar