Makalah IPBA : Bintang dan Galaksi
MAKALAH
ILMU PENGETAHUAN BUMI DAN ANTARIKSA
“ALAM SEMESTA”
Oleh Kelompok IV
Nama Anggota :
Muh Zulfikar A
Nurhayati
Nuf Padila S
Hijirana
Maisarah
Harno
PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SULAWESI BARAT
2019
DAFTAR ISI
Kata Pengantar...........................................................................................................
Daftar isi....................................................................................................................
BAB I Pendahuluan................................................................................................
A.
Latar Belakang...............................................................................................
B.
Rumusan Masalah..........................................................................................
C.
Tujuan Penulisan............................................................................................
D.
Manfaat Penulisan..........................................................................................
BAB II
Pembahasan...............................................................................................
A.
Bintang...........................................................................................................
B.
Galaksi...........................................................................................................
BAB III
Penutup.....................................................................................................
A. Kesimpulan....................................................................................................
B. Saran..............................................................................................................
Daftar Pustaka............................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Ilmu pengetahuan Bumi dan Antariksa merupakan
salah satu mata kuliah umum bagi mereka yang berkecimpung dalam dunia sains.
Mata kuliah ini memberikan kita pengetahuan mengenai segala bentuk gejala
gejala yang dapat diamati baik itu segala hal yang berada di bumi, sekitar
bumi, hingga jauh keluar bumi.
Salah satu topik yang dibahas dalam mata
kuliah ini adalah, Alam semesta. Alam semesta mencakup segala hal yang kita
dapat amati di alam baik itu di bumi, sekitar bumi, hingga segala sistem yang
mencakup sistem tata surya, sistem bintang hingga sistem galaksi.
B.
Rumusan Masalah
a)
Apa itu bintang, dan apa saja jenis jenis bintang?
b)
Apa itu galaksi, dan bagaimana bentuk galaksi?
C.
Tujuan Penulisan
a)
Mengetahui Pengertian dan jenis jenis bintang
b)
Mengetahui Pengertian, dan bentuk bentuk galaksi.
D.
Manfaat Penulisan
a)
Untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Ilmu Pengetahuan
Bumi dan Antariksa.
b)
Untuk sebagai bahan referensi bagi penulis lain untuk
membahas topik tentang Bumi dan Antariksa.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
BINTANG
1.
Pengertian Bintang
Bintang adalah benda langit yang dapat
memancarkan cahaya. Bintang sebenarnya adalah bola gas besar yang memiliki
komponen utama hidrogen dan helium. Bintang ada yang mampu menghasilkan cahaya
sendiri namun ada juga yang cahayanya dipancarkan dari pantulan bintang lain.
Bintang yang dapat menghasilkan cahaya
sendiri disebut bintang nyata, sedangkan bintang yang tidak dapat menghasikan
cahaya sendiri disebut bintang semu. Meskipun bintang ada yang tidak dapat
menghasilkan cahaya sendiri, namun secara umum istilah bintang biasanya dipake
untuk benda langit yang menghasilkan cahaya sendiri.
Bintang merupakan semua objek bermassa antara
0.08 - 200 kali massa matahari yang sedang atau pernah melangsungkan
pembangkitan energi melalui reaksi fusi nuklir.
2.
Ciri – Ciri Bintang
a.
Ukuran bintang
Semua
bintang kecuali matahari tampak seperti titik-titikkecil apabila dilihat dari
bumi dengan mata telanjang. Hal ini dikarenakan jaraknya yang sangat jauh.
Sementara itu matahari terlihat sangat besar dikarenakan bintang terdekat
dengan bumi. Meskipun bintang tampak seperti titik, namun ukuran sebenarnya
dari bintang sangat besar dan bervariasi, ada yang ukurannya hanya 20-40 km,
adapula yang ukurannya mencapai 900 km.
b.
Massa bintang
Karena
ukuran bintang yang bervariasi, maka massa bintang juga bervariasi. Suatu benda
langit dapat dikatakan bintang apabila menghasilkan cahaya sendiri dan
menghasilkan massa 0,08-200 kali massa matahari. Salah satu bintang yang paling
besar adalah Eta Carinae yang massanya mencapai 100-150 kali massa matahari.
c.
Komposisi bintang
Bintang- bintang yang terdapat digalaksi bima
sakti memiliki komposisi yang tersusun atas 71 % hidrogen dan 27 % helium serta
sisanya berupa unsur-unsur yang lebih berat. Karena unsur-unsur yang lebih
berat tersebut terus bertambah di awan molekul ( temat terbentuknya bintang),
maka unsur-unsur yang dimiliki oleh suatu bintang menjadi faktor utama untuk
mengindentifikasi usia bintang tersebut. Selain itu, unsur yang dimiliki oleh
suatu bintang dapat memberikan informasi tentang sistem planet pada bintang tersebut.
d.
Struktur inti bintang
Bintang selalu memiliki bagian inti yang setimbang
secara hidrostatis. Kesetimbangan hidrostatis ini terjadi ketika tekanan dari
dalam keluar bintang mengimbangi gaya gravitasi yang menarik bintang dari luar
ke dalam. Selain kesetimbangan hidrostatis, inti bintang juga harus berada
dalam kesetimbangan ternal ( suhu ).
e.
Suhu/temperatur bintang
Suhu permukaan suatu bintang sangat di
tentukan oleh besar kecilnya energi di intinya. Suhu suatu bintang dapat di
perkirakan dengan menganalisis indeks warna atau sprektrum bintang.
Bintang-bintang yang besar biasanya memiliki suhu mencapai 50.000 c
f.
Usia bintang
Umur atau usia bintang dapat di perkirakan
dari massanya. Biasanya semakin besar massa suatu bintang maka semakin muda
umur bintang tersebut. usia bintang yang banyak di temui saat ini berada dalam
rentang 1-10 milyar tahun, namun adapula bintang yang umumnya lebih tua sedikit
atau lebih mudah.
g.
Kinematika (pergerakan) bintang
Pengamatan kinematika bintang berdasarkan
arah kecepatan radialnya, apakah menuju atau menjauhi matahari dan
pergeserannya secara melintang. Melalui data tersebut, astronot dapat
mengetahui asal mula, umur, bahkan struktur dan evolusi bintang serta galaksi
di sekitarnya.
h.
Rotasi bintang
Spektroskopi adalah alat yang di gunakan
untuk mengukur kecepatanrotasi suatu bintang. Selain menggunakan alat tersebut,
kecepatan rotasi bintang juga dapat di tentukan dengan mengamati laju rotasi
bintik bintang. Bintang muda biasanya memiliki laju rotasi lebih cepat dari
pada bintang yang lebih tua. Faktor yang mempengaruhi kecepatan rotasi bintang
adalah medan magnet dan angin bintang.
i.
Medan magnet bintang
Selain mempengaruhi suhu permukaan bintang,
bagian inti bintang juga menghasilkan medan magnet. Medan magnet ini timbul
karena terjadinya gerakan plasma seperti sebuah dinamo di dalam inti bintang. Kekuatan
medan magnetis bintang di pengaruhi oleh banyak faktor di antaranya adalah
massa, komposisi, adalah aktivitasiyang terjadi di permukaan bintang.
3.
Proses terbentuknya bintang
Pada dasarnya bintang adalah sebuah bola gas
besar yang terbentuk dari gas dan debu. Bintang terbentuk di dalam awan
molekul, sebuah area yang luas dengan kerapatan tinggi. Sebagian besar komponen
yang terdapat pada awan ini adalah hidrogen, helium dan beberapa elemen unsur
berat lainnya.
Proses terbentuknya bintang di awali dengan
ketidakstabilan gravitasi di dalam awan molekul. Gangguan ini biasanya di picu
oleh gelombang kejut dari ledakan supernova. Gangguan tersebut menyebabkan
terbentuknya gumpalan dibagian dalam awan. Gumpalan tersebut runtuh kearah dalam
dan gravitasinya menyedot gas-gas kearah dalam. Setelah itu, gumpalan yang
runtuh ini kemudian mengalami tekanan dan memanas. Gumpalan ini kemudian mulai
berputar dan berbentuk datar sehingga memiliki bentuk seperti cakram. Cakram
gumpalan ini berputar semakin cepat menarik semakin banyak gas dan debu
sehingga semakin panas. Setelah kurang lebih jutaan tahun atau lebih sebuah
inti yang padat, kecil, dan panas dengan temperatur kurang lebih 1500 derajat kelvin
akan terbentuk ditengah cakram tersebut. inti ini disebut protobintang.
Kemudian sejumlah gas dan debu terus-menerus terisap masuk ke inti cakram, dan
memberi energi kepada proto bintang sehingga menjadi panas. Jika temperatur
protobintang mencapai sekitar 7 juta derajat kelvin, hidrogen mulai terurai
membentuk helium dan melepaskan energi. Sejumlah materi terus jatuh ke dalam
bintang muda ini selama jutaan tahun karena keruntuhan akibat gravitasi lebih
besar dibandingkan dengan tekanan ke arah luar yang ditimbulkan oleh fusi
nuklir. Oleh karena itu, temperatur internal protobintang semakin meningkat.
Jika sejumlah massa tertentu yang terisap ke dalam protobintang tercapai
kurang lebih 0,1 massa matahari atau
lebih temperaturnya cukup panas untuk dapat menopang proses fusi, maka
protobintang akan melepaskan gas-gas secara masif dalam bentuk semburan yang
disebut semburan dua kutub. Jika sejumlah massa tersebut tidak mencukupi,
bintang tidak akan terbentuk, tetapi akan menjadi sebuah bintang katai cokelat.
Semburan bipolar dua kutub yang terjadi akan membersihkan bintang muda dari
gas-gas dan debu. Beberapa dari gas-gas dan debu ini dapat berkumpul membentuk
planet-planet.
4.
Cahaya bintang
Cahaya bintang muncul akibat pancaran sinar
gamma yang dihasilkan oleh reaksi fusi inti pada inti bintang. Reaksi fusi
adalah reaksi penggabungan inti- inti ringan menjadi inti yang lebih berat
beserta pelepasan energi. Reaksi fusi melepaskan energi sekitar 1 MeV per
nucleon. Contoh: 1H1 + 1H2-à2He3.
Reaksi fusi secara alamiah terjadi pada
matahari. Energi dari hasil reaksi fusi menjadi sumber energi matahari dan
bintang-bintang. Reaksi fusi pada matahari dan bintang ini disebut sebagai
reaksi fusi termonuklir. Reaksi fusi termonuklir membutuhkan temperatur yang
sangat tinggi yaitu sekitar 15000000 celcius. Energi yang dimiliki oleh
matahari berasal dari penggabungan inti-inti hidrogen menjadi inti helium.
Adapun reaksi fusi termonuklir sebagai berikut:
Langkah pertama rantai pp melibatkan dua inti
hidrogen H1 (proton) untuk kemudian membentuk satu inti deuterium H2.
Pembentukan inti deuterium memaksa sebuah proton berubah menjadi netron dalam
proses peluruhan beta dengan melepaskan sebuah positron dan sebuah neutrino.
1)
1H+ 1Hà2H+ e+ +ve + 0,16MeV (setidaknya 0,53 MeV dibawa
oleh neutrino).
Pelepasan neutrino pada langkah ini membawa
energi lebih dari 0,53 MeV. Langkah ini sebenarnya adalah reaksi yang tidak
biasa dibandingkan dengan kebanyakan proses-proses fusi lainnya. Untuk
menghasilkan 2H, proton-proton harus mengalami peluruhan β+ pada saat
titik terdekat mereka. Proses ini diatur oleh interaksi lemah dan sangat jarag
terjadi. Oleh karenanya reaksi pertama memiliki penampang nuklir
(cross-section) yang sangat kecil dan sebuah proton harus menunggu rata-rata
selama 109 tahun untuk berfusi dengan sesamanya dalam membentuk
deuterium.
Positron yang terbentuk kemudian segera
musnah oleh sebab interaksi dengan sebuah elektron. Energi massa mereka dibawa
oleh dua foton sinar gamma.
2)
e+ + e- à 2γ +
1.02 MeV
Deuterium yang terbentuk kemudian bereaksi
dengan proton yang lain untuk membentuk isotop ringan helium, 3He.
3)
2H + 1Hà3He + γ + 5.49 MeV
Rantai reaksi (1), (2), dan (3) dapat terjadi
pada temperatur di bawah 10 juta kelvin. Setelah proses ini, terhadap tiga
cabang reaksi yang mungkin dalam pembentukan inti 4He yaitu cabang
pp1, pp2, dan pp3 yang kesemuanya
dimulaidengan 3He dan sangat bergantung pada temperatur. Dari reaksi
tersebut terdapat 3 cabang yaitu :
a.
Cabang pp1
Alternatif pertama membutuhkan dua inti 3He.
Artinya rangkaiaan reaksi (1), (2),(3) setidaknya harus terjadi dua kali
terlebih dulu;
(4a) 3He + 3He--->4He +1H
+ 1H + 12,86 MeV
Cabang pp1 dominan pada temperatur antara 10 juta hingga 14
juta kelvin. Energi netto yang di lepaskan dalam cabang pp1 adalah sebesar
2×(0,16+1,02+5,49)+12,86=26,20 mev (jika energi yang di bawa neutrino sebesar
0,53 meV) di perhitungkan, maka energi netto yang di hasilkan adalah sekitar 26,73
meV)
b.
Cabang pp2
Cabang pp2 mensyaratkan 4He
harus sudah ada terlebih dahulu. Keberadaan 4He dapat berasal dari
reaksi pp1 ataupun dari nukleosintesis big bang. Rantai pp2 berlangsung sebagai
berikut;
(4b) 3He + 4He à7Be + γ + 1,59 MeV
(5b) 7Be + e-à 7Li + Ve + γ + 0.06 MeV
(6b) 7Li + 1Hà4He + 4He + 17,35 MeV
Cabang pp2 dominan pada temperatur antara 14 juta hingga 23 juta kelvin.
90 % neutrino yang di hasilkan pada reaksi (5b) membawa energ sebesar 0,861
meV, sementara sisanya yang 10 % membawa energi sebesar 0,383 meV (bergantung
pada apakah litium -7 berada dalam keadaan tereksitasi atau dasar)
c.
Cabang pp3
Cabang antara pp2 dan pp3 terjadi karena 7Be
dapat bereaksi baik dengan e- maupun 1H . dengan demikian
pada pp3, setelah reaksi (4b) berlangsung reaksi sebagai berikut;
(5c) 7Be+ 1H à8B + Y + 0,13 MeV
(6c) 8B à8Be + Y + 10,78 MeV
Radiasi
tersebut selanjutnya dipancarkan menuju permukaan bintang dan bertumbukan
dengan material yang ada dalam bintang.
Ketika radiasi tersebut menembus bagian luar
bintang, sebagian energinya berkurang, sehingga gelombangnya berubah dan
menjadi cahaya tampak. Energi cahaya yang dipancarkan bintang masih cukup
besar, sehingga dapat menembus ruang angkasa dan sampai ke bumi.
5.
Jenis-jenis bintang
a.
Berdasarkan ukuran yang di miliki oleh bintang tersebut
1.
Giant star (bintang raksasa)
Jenis bintang yang pertama adalah bintang
raksasa atau yang di sebut dengan Giant star. Giant star atau bintang raksasa
memiliki luminositas atau intensitas cahaya (energi yang di pancarkan oleh
bintang perditik) hingga mencapai 1.000 kali luminositas matahari dan bisa 200
kali lebih besar. Ada beberapa contoh bintang yang termasuk ke dalam giant star
adalah Aldebaran, atau Alfha tauri, yaitu bintang tercerah di konstelasi taurus.
Gbr bintang Aldebaran
2.
Supergiant star atau bintang yang super raksasa
Jenis bintang yang selanjutnya adalah
supergiant stars atau bintang yang lebih besar lagi atau bintang super raksasa.
Sepanjang sejarah atau sejauh ini, bintang terbesar yang pernah di temukan
memiliki luminositas 10 juta kali luminositas matahari. Apabila matahari
memiliki ukuran hingga sebesar itu maka tidak ada planet karena mungkin sudah
tenggelam dan bintang ini ukurannya lebih besar lagi dari itu. Contoh dari
supergiant star ini antara lain betelgeuse (Alpha ori), rigel (beta ori) dan mu
cephei.
Gbr Betelgeuse
3.
Draw atau bintang katai atau cebol
Jenis bintang yang selanjutnya adalah Draw
atau yang dikenal dengan bintang katau atau cebol. Bintang jenis ini ukurannya
juga jauh lebih besar dari pada planet bumi, namun sangat kecil apabila di
bandingkan dengan kedua bintang di atas. Bahkan matahari yang merupakan pusat
tata surya kita ini termasuk kedalam bintang jenis ini. Selama sama hidupnya,
bintang melalui banyak fase. Ketika ukuran bintang sama dengan massanya, fase
tersebut di namakan fase Draw. Draw coklat atau brown drawf merupakan bintang
yang gagal yang mana bintang ini tidak cukup panas untuk dapat menjadi bintang
yang normal. Drawf putih merupakan bintang yang perlahan-lahan mati dan
menghabiskan bahan bakarnya. Meskipun Namanya
adalah putih, namun bintang ini beralih dari warna putih ke warna merah
dan pada akhirnya bintang ini mati dan berubah menjadi warna hitam menjadi
black drawf yaitu bintang mati yang tidak memilik iluminositas.
Gbr Matahari
4.
Bintang neutron
Bintang yang tidak memiliki massa dua kali
dari matahari,
Setelah meledak menjadi supernoa kemudian akan menjadi bintang neutron.
Bintang neutron ini akan meledak dan juga menghancurkan atom-atomnya, serta
menyatukan proton dan elektron sehingga hanya akan menyisahkan neutron hasil
fusi tersebut. hal itu pula yang menyebabkan bintang neutron memiliki struktur
yang sangat padat atau mampat. Bintang neutron yang memiliki diameter sekitas
30 km menjadi massa yang hampir sama dengan matahari. Jadi, apabila berhasil
memindahkan materi sebanyak satu sendok dari bintang neutron ini ke bumi, maka
materi itu bisa jadi seberat gnung. Bintang neutron bisa berputar dengan
kecepatan yang sangat tinggi , bisa jadi puluhan atau ratusan kali perdetik.
5.
Pulsar
Bintang pulsar atau pulsating star merupakan
bintang neutron yang memancarkan getaran radiasi yang sifatnya teratur
(biasanya adalah gelombang radio dari kutub magnetiknya. Contoh bintang pulsar
adalah PSR+121, yaitu sebuah pulsar radio. Pulsar ini merupakan bintang neutron
pertama yang di ketahui sebagai pulsar. Radiasi lain yang di pancarkan oleh
pulsar ini selain gelombang radio adalah sinar X dan sinar gamma
.
Gbr Pulsar
6.
Magnetar
Magnetar merupakan salah satu jenis dari
bintang neutron. Bintang magnetar ini adalah bintang neutron yang memiliki
medan magnet yang jauh lebih kuat dari pada bintang neutron.
Gbr Magnetar
b.
Berdasarkan spektrum dan temperaturnya
1.
Bintang kelas O
Bintang kelas O adalah bintang yang paling
panas, temperatur permukaannya lebih dari 25.000 Kelvin . Bintang deret utama kelas O merupakan bintang yang tampak paling
biru, walaupun sebenarnya kebanyakan energinya dipancarkan pada panjang gelombang ungu dan ultraungu. Dalam pola spektrumnya garis-garis serapan terkuat
berasal dari atom Helium yang terionisasi 1 kali (He II) dan karbon yang terionisasi dua kali (C III). Garis-garis serapan dari ion lain
juga terlihat, di antaranya yang berasal dari ion-ion oksigen , nitrogen , dan silikon . Garis-garis Balmer Hidrogen (hidrogen netral) tidak
tampak karena hampir seluruh atom hidrogen berada dalam keadaan terionisasi.
Bintang deret utama kelas o sebenarnya adalah bintang yang jarang di antara
bintang deret utama lainnya (perbandingannya kira-kira i bintang kelas o di
antara 32.000 bintang deret utama). Namun karena paling terang, maka tidak
terlalu sulit untuk menemukannya. Bintang kelas o bersinar dengan energi 1 juta
kali energi yang dihasilkan matahari. Karena begitu masif , bintang kelas o
membakar bahan bakar hidrogennya dengan sangat cepat, sehingga merupakan jenis
bintang yang pertama kali meninggalkan deret utama.
2.
Kelas
B
Bintang kelas B adalah bintang yang cukup panas
dengan temperatur permukaan antara 11.000 hingga 25.000 Kelvin dan berwarna
putih-biru. Dalam pola spektrumnya garis-garis serapan terkuat berasal dari
atom Helium yang netral. Garis-garis Balmer untuk Hidrogen (hidrogen netral)
tampak lebih kuat dibandingkan bintang kelas O. Bintang kelas O dan B memiliki
umur yang sangat pendek, sehingga tidak sempat bergerak jauh dari daerah di
mana mereka dibentuk, dan karena itu cenderung berkumpul bersama dalam sebuah asosiasi OB. Dari seluruh populasi bintang deret utama terdapat
sekitar 0,13 % bintang kelas B.
Gbr Rigel
3. Kelas A
Bintang kelas A memiliki temperatur permukaan
antara 7.500 hingga 11.000 Kelvin dan berwarna putih. Karena tidak terlalu
panas maka atom-atom hidrogen di dalam atmosfernya berada dalam keadaan netral
sehingga garis-garis Balmer akan terlihat paling kuat pada kelas ini. Beberapa
garis serapan logam terionisasi, seperti magnesium, silikon, besi dan kalsium
yang terionisasi satu kali (Mg II, Si II, Fe II dan Ca II) juga tampak dalam
pola spektrumnya. Bintang kelas A kira-kira hanya 0.63% dari seluruh populasi
bintang deret utama.
Bintang Sirius
4. Kelas F
Bintang kelas F memiliki temperatur permukaan
6000 hingga 7500 Kelvin, berwarna putih-kuning. Spektrumnya memiliki pola
garis-garis Balmer yang lebih lemah daripada bintang kelas A. Beberapa garis
serapan logam terionisasi, seperti Fe II dan Ca II dan logam netral seperti
besi netral (Fe I) mulai tampak. Bintang kelas F kira-kira 3,1% dari seluruh
populasi bintang deret utama.
5. Kelas G
Bintang
kelas G mungkin adalah yang paling banyak dipelajari karena Matahari
adalah bintang kelas ini. Bintang kelas G memiliki temperatur permukaan antara
5000 hingga 6000 Kelvin dan berwarna kuning. Garis-garis Balmer pada bintang kelas
ini lebih lemah daripada bintang kelas F, tetapi garis-garis ion logam dan
logam netral semakin menguat. Profil spektrum paling terkenal dari kelas ini
adalah profil garis-garis Fraunhofer.
Bintang kelas G adalah sekitar 8% dari seluruh populasi bintang deret utama.
6. Kelas K
Bintang kelas K berwarna
jingga memiliki temperatur sedikit lebih dingin daripada bintang sekelas
Matahari, yaitu antara 3500 hingga 5000 Kelvin. Alpha Centauri B adalah bintang
deret utama kelas ini. Beberapa bintang kelas K adalah raksasa dan maharaksasa,
seperti misalnya Arcturus. Bintang kelas K memiliki garis-garis Balmer yang sangat
lemah. Garis-garis logam netral tampak lebih kuat daripada bintang kelas G.
Garis-garis molekul Titanium Oksida (TiO) mulai tampak. Bintang kelas K adalah
sekitar 13% dari seluruh populasi bintang deret utama.
Gbr Aldebaran
7.
Kelas
M
Bintang kelas M adalah
bintang dengan populasi paling banyak. Bintang ini berwarna merah dengan
temperatur permukaan lebih rendah daripada 3500 Kelvin. Semua katai merah adalah bintang kelas ini. Proxima Centauri adalah
salah satu contoh bintang deret utama kelas M. Kebanyakan bintang yang berada
dalam fase raksasa dan maharaksasa, seperti Antares dan Betelgeuse merupakan
kelas ini. Garis-garis serapan di dalam spektrum bintang kelas M terutama
berasal dari logam netral. Garis-garis Balmer hampir tidak tampak. Garis-garis
molekul Titanium Oksida (TiO) sangat jelas terlihat. Bintang kelas M adalah
sekitar 78% dari seluruh populasi bintang deret utama.
Gbr Bintang Antares
B.
GALAKSI
1. Pengertian
Galaksi adalah sebuah sistem masif yang terikat gaya gravitasi yang
terdiri atas bintang, gas dan debu medium antar bintang, dan materi gelap-
komponen yang penting namun begitu dimengerti.
Gas dan debu antar bintang merupakan gas gas dan pertikel partikel
debu yang lebih kecil daripada bintang, namun terlepas atau tidak sama sekali
terikat dalam sistem bintang. Semua benda tersebut bisa saja berasal dari
materi pembentuk benda langit yang gagal menjadi bintang atau planet.
Materi gelap merupakan suatu bentuk komponen yang sangat penting
namun belum begitu dimengerti. Hal ini karena keberadaannya yang masih menjadi
tanda tanya bagi pengamat, akibat tidak dapat dideteksi baik itu dari radiasi
yang dipancarkan dari materi tersebut ataupun penyerapan radiasi yang
dihasilkan oleh materi tersebut.
Namun materi ini sangatlah penting, dan keberadaannya dapat
dibuktikan dari efek gravitasi materi materi yang tampak seperti bintang dan
galaksi. Contohnya adalah, materi gelap inilah yang menjelaskan bagaimana
seluruh bintang yang ada di dalam sebuah galaksi tidak lepas dari galaksi dan
tetap mengorbit pusat galaksi.
Seharusnya, berdasarkan hukum keppler, profil kecepatan bintang dan
gas seharusnya menurun ketika ia semakin jauh dari pusat galaksi. Tetapi
berdasarkan pengamatan para ahli astronom, pergerakan seluruh bintang di
galaksi itu sama, atau tidak terikat dengan hukum keppler, sehingga periode
revolusinya sama mulai dari bintang terdekat hingga bintang terjauh dari inti
galaksi. Hal inilah yang menjadi alasan mengapa materi gelap dianggap ada dan
mempengaruhi benda benda langit.
2.Bentuk Bentuk Galaksi
a)
Eliptis
Eliptis
merupakan bentuk galaksi yang gugusan bintangnya menyerupai elips atau
lingkaran lonjong. Galaksi dengan bentuk seperti ini umumya merupakan galaksi
galaksi yang memiliki ukuran lebih besar daripada galaksi lainnya. Galaksi
dengan bentuk elips biasanya memiliki sedikit struktur dan sedikit materi antar
bintang. Galaksi dengan bentuk elips bisanya didominasi oleh bintang bintang
tua, yang mengelilingi pusat gravitasi dengan arah dan jarak yang acak sehingga
membentuk elips secara keseluruhan. Kebanyakan galaksi eliptis dipercayai
berasal dari interaksi antar galaksi yang menyebabkan tabrakan atau
penggabungan dari dua galaksi yang ada sebelumnya.
b)
Spiral
Galaksi
spiral terdiri dari sebuah piringan bintang bintang yang berotasi, materi
antarbintang, serta sebuah tonjolan pusat yang terdiri dari bintang bintang
tua. Selain itu, terdapat lengan lengan spiral terang yang menjulur dari
tonjolan pusat.
Galaksi spiral
berotasi dengan kecepatan yang jauh lebih besar daripada galaksi elips sehingga
menyebabkannya memipih dan membentuk cakram.
c)
Galaksi
tak beraturan
Galaksi
ini tidak memiliki bentuk yang mendasar baik itu elips ataupun cakram.
Bentuknya benar benar tidak beraturan.
Galaksi
dengan bentuk tidak beraturan biasanya masih memiliki sangat banyak nebula dan
debu debu lain serta jumlah bintang yang tidak sebanyak yang ada pada galaksi
berbentuk spiral dan galaksi berbentuk elips. Pergerakan rotasi yang terjadi
pun masih sangat sulit diamati, hal ini dikarenakan tidak jelasnya letak pusat
dari galaksi tersebut.
3. Asal mula galaksi
Pembentukan galaksi
Terdapat beberapa
teori mengenai terbentuknya galaksi galaksi yang ada di alam semesta. Salah
satunya adalah Teori Big Bang atau teori Dentuman Besar. Nama lain dari
hipotesis ini adalah hipotesis atom purba.
Pembentukan
galaksi berasal dari berkumpulnya debu kosmis yang terdiri dari atom helium,
hidrogen, serta debu kosmis lainnya, yang kemudian membentuk materi pembentuk
bintang.
Debu debu kosmis
ini berasal dari ledakan sebuah bintang berukuran raksasa yang terbentuk
setelah big bang. Debu debu kosmis ini kemudian melakukan penarikan terhadap
partikel partikel yang ada disekitarnya sehingga membentuk bagian esar.
Pada saat yang
sama, kumpulan debu kosmis tersebut membentuk gaya tarik atau gravitasi yang
membuat tiap bagian bagiannya terikat satu sama lain dan membentuk suatu inti
padat yang nantinya menjadi inti dari bintang.
Seiring dengan
pemadatan debu debu tersebut, suhu pada kumpulan debu semakin meningkat pula.
Ketika suhu telah mencapai 107 derajat, maka terjadilah reaksi
nuklir dan calon inti bintang yang akan menyala. Proses tersebut disebut dengan
bintang muda.
Kemudian, bintang inilah yang akan meledak atau biasa disebut
supernova, pada supernova, bintang tersebut akan melemparkan semua materi yang
ada di dalam sistemnya ke alam semesta.
Debu debu hasil lemparan tersebut kemudian akan menggumpal di
beberapa tempat, memadat, dan menyala lalu membentuk bintang muda yang lebih
kecil dari sebelumnya hingga akhirnya terbentuk bintang seukuran matahari
Rangkaian
proses tersebut membutuhkan waktu hingga 500 juta tahun lamanya.
Inti dari bintang yang ditinggalkan oleh lapisan luar akan
emngalami kehabisan bahan bakar dan kemudian tidak dapat melakukan reaksi
nuklir kembali hingga akhirnya menjadi benda langit berwarna putih yang tidak
dapat memijarkan sinar, kemudian perlahan lahan mati lalu menghilang.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1)
Bintang adalah benda langit yang dapat memancarkan
cahaya. Bintang sebenarnya adalah bola gas besar yang memiliki komponen utama
hidrogen dan helium.
2)
Bintang
memiliki ciri khusus dan dibedakan berdasarkan cirinya, yaitu antara lain berdasarkan ukuran yang di miliki oleh
bintang tersebut dan berdasarkan spektrum beserta temperaturnya
3)
Galaksi
adalah sebuah sistem masif yang terikat gaya gravitasi yang terdiri atas
bintang, gas dan debu medium antar bintang, dan materi gelap- komponen yang
penting namun begitu dimengerti.
4)
Bentuk
Bentuk Galaksi meliputi bentuk eliptis, spiral, dan galaksi tak beraturan
B.
Saran
Mari bersama sama kita menjaga kelestarian alam dengan sebisa mungkin
menjaga keseimbangan lingkungan hidup















Wow wow wow
BalasHapus